SEJARAH PERKEMBANGAN BPTP MALUKU
BPTP Maluku semula bemama BPTP Ambon yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 798/1994, dengan tugas utama melaksanakan kegiatan penelitian komoditas, pengujian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Di awal pembentukan BPTP, Badan Litbang Pertanian hanya membentuk 17 BPTP diantarannya adalah BPTP Ambon, 4 Loka dan Instalasi dibeberapa provinsi, saat ini disemua Provinsi telah di bentuk BPTP kecuali Provinsi Maluku Utara dan Gorontalo. BPTP Ambon adalah penggabungan dari Sub Balai Penelitian Perikanan Laut, Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan Makariki, Kebun Percobaan Kelapa Makariki, Kebun Percobaan Tanaman Rempah dan Obat Bacan, dan Balai Informasi Pertanian (BIP) Maluku. Di tahun 2001, Ba]ai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) dibentuk dimana penge]olaan instalasi KP Bacan berada di BP2TP walaupun sampai saat ini administrasi penggajian dan Dana Rutinnya masih dari BPTP Maluku. Perjalanan sejarah BPTP Maluku dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2015 mempunyai arti yang tersendiri dimulai dengan fasilitas SDM, Sarana – prasarana dan Dana Pengkajian yang semula dapat dikatakan membanggakan dan dapat disejajarkan dengan BPTP yang ada di pulau Jawa dan Sulawesi Selatan tiba-tiba musnah dengan adanya kerusuhan Maluku dari tahun 1999-2003.
BPTP Ambon Periode 1994 -1998.
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 798/Kpts/OT.210/12/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTP /LPTP susunan Organisasi BPTP terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis serta kelompok Fungsional. Sub Bagian Tata Usaha dibantu oleh urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga serta urusan Keuangan dan rencana Kerja. Seksi Pelayanan Teknis dibantu oleh Sub Seksi Kerjasama dan lnformasi serta Sub Seksi Sarana. Dalam usaha memperlancar kegiatan Balai diambil kebijaksanaan untuk menambah organisasi yaitu koordinator Program yang dijabat oleh Peneliti Senior. Dalam menja]ank:an tugas pokoknya, Kelompok FungsionaJ (keJsi) yang meliputi peneliti, penyuluh maupun kelompok fungsional lain seperti Litkayasa terbagi sesuai dengan disiplin ilmu/bidang-bidang keahlian peneliti atau penyuluh yaitu Sumberdaya, Budidaya, Pascapanen atau Pengolahan dan Sosial Ekonomi.
Kelsi Sumberdaya melakukan penelitian dan pengkajian sumberdaya pembangunan pertanian wilayah Maluku yang meliputi aspek-aspek potensi dan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya kapital dalam mendukung pengembangan agribisnis dengan dihasilkannya teknologi spesifik lokasi. Kelsi Budidaya melakukan penelitian dan pengkajian budidaya pertanian yang meliputi aspek-aspek teknologi budidaya pertanian dalam rangka mengembangkan agribisnis. Kelsi Sosial Ekonomi melakukan penelitian dan pengkajian meliputi aspek-aspek sosial ekonomi pertanian dalam pengembangan teknologi dan agribisnis spesifik lokasi. Kelsi Pasca Panen melakukan penelitian dan pengkajian yang meliputi penanganan kehilangan hasil panen dan mutu komoditas pertanian dalam rangka pengembangan komoditas unggulan wilayah. Instalasi lingkup BPTP Ambon mempunyai kemampuan yang beragam sesuai dengan sumberdaya manusia dan sarana penelitian yang dimiliki. IPPTP Ambon kurang difungsikan lagi karena personil maupun sarana yang ada telah dialihkan ke kantor BPTP Ambon dengan tujuan rentang kendali manajemen lebih pendek serta mudahnya pengawasan. Oleh karena itu IPPTP Ambon untuk ke depan akan difungsikan sebagai Laboratorium Diseminasi, tempat kegiatan pembuatan bahan-bahan diseminasi seperti percetakan, audiovisual, alat peraga dan lain-lain. BPTP Ambon berkantor di eks Sub Balai Penelitian Perikanan Laut Ambon. Kegiatan pembangunan gedung lebih kearah rekontruksi/renovasi seperti gedung Administrasi, Perpustakaan, Laboratorium Pasca Panen, Laboratorium Perikanan sedangkan bangunan barunya terdiri dari Laboratorium Tanaman Pangan, Laboratoruim Petemakan dan satu buah rumah Type 54 serta gedung kantor di Kebun Percobaan Makariki (Maluku Tengah)
BPTP Maluku Periode 1999 – 2002
Kerusuhan horizontal Maluku di mulai di Kota Ambon 19 Januari 1999, menjalar ke kota lain di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Hal ini disebabkan karena kuatnya persaudaraan (marga) setelah mendengar korban yang jatuh. Beberapa bulan menjelang Pemilu 1999 kerusuhan agak reda dan mulai pecah kembali di bulan Juli 1999 diawali di sekitar lokasi kantor dan perumahan BPTP Ambon. Seluruh pegawai BPTP Ambon beserta keluarganya mengungsi keluar Ambon.
Kepala Badan Litbang Pertanian mengambil kebijaksanaan untuk menempatkan tugas sementara berikut gajinya di BPTP luar Maluku. Di bulan Agustus – September 1999, beberapa pegawai struktural yang tidak mengungsi kembali ke Ambon untuk bekerja dalam pengurusan gaji dan beras. Pengkajian tahun 1999 terpaksa dihentikan karena alasan keamanan dan banyaknya penanggung jawab yang mengungsi. Dengan alasan keamanan seluruh kegiatan di Maluku dibagi dua berdasarkan komunitas agama, mulai dari kantor pemerintah, Bank, Transportasi.
Kantor BPTP Ambon sementarara berlokasi di Rumah Dinas Den Zipur 5 Kodam XVI Pattimura, sedangkan Kantor Kanwil Pertanian di Pangkalan Angkatan Laut di Halong. Sarana komunikasi seperti telpon dan fax tidak ada karena terbakarnya Kantor Telkom, untuk memudahkan dan tidak putusnya komunikasi maka surat atau informasi dialamatkan di Rumah Kepala Balai di Depok. Hal ini yang menyebabkan adanya kata-kata BPTP cabang Depok dari teman• teman Litbang dan BPTP Lain, karena tidak percaya bahwa BPTP Maluku masih exist dan tetap melaksanakan kewajibannya. Tenaga yang masih ada di tahun 1999 adalah 2 S2, 7 Sl, 10 SLTA dari jumlah tenaga sebanyak 120 orang sebelum terjadinya kerusuhan. Laboratorium dan Kebun Percobaan tidak dapat difungsikan karena menjadi tempat pengungsian penduduk. Di tahun 2000 – 2002 BPTP Ambon bekerja dengan tenaga yang masih ada sebanyak 2 orang S2, 7 orang S 1, dan 10 orang SLTA, dengan harapan nantinya ada tenaga yang akan kembali ke Ambon setelah aman dan telah menyelesaikan sekolah.
Di mulai tahun 2000 BPTP Ambon tidak diberi izin lagi untuk menarik loan dari ARMP II hanya dibiayai dari APBN murni dimana di TA 2001 mendapat alokasi dana Rp. 500 juta dan TA. 2002 Rp. 800 juta, begitu pula kegiatan Maluku Regional Project (MRDP) dihentikan. Tanggal 4 Juli 2000 seluruh kantor, laboratorium milik BPTP Ambon dibakar dan dijarah. Kegiatan pengkajian dapat dikatakan tidak ada, lebih banyak dalam bentuk kegiatan Diseminasi yaitu kegiatan Gelar Teknologi dan Temu Lapang, dan pencentakan Poster. Kepala Balai mengambil kebijaksanaan, lokasi kegiatan diseminasi dibagi berdasarkan komunitas agama, begitu pula tenaga yang melaksanakannya. Walaupun dana dan tenaga yang terbatas, tugas-tugas yang diberikan oleh PSE dan Badan Litbang Pertanian dapat dilaksanakan dengan baik.
Di tahun 2002 seluruh BPTP telab dilengkapi fasilitas gedung kantor, laboratorium, perpustakaan baik melalui AR.MP II maupun PAATP, hanya BPTP Maluku yang tidak memiliki fasilitas, yang ada hanya semangat untuk membangun kembali. Pada periode 1999 – 2002, BPTP Ambon tidak mengeluarkan Rekomendasi Paket Teknologi, hal ini disebabkan kurangnya kegiatan. Di awal tabun 2002 bebera1;a petugas belajar S2 telah selesai. Ada yang kembali ke Ambon tetapi belum menetap dengan alasan tidak memiliki rumah, dimana setelab menyelesaikan pekerjaan pengakajiannya kembali lagi berkumpul dengan keluarga dan kembali lagi ke Ambon di tahun mendatang.
BPTP Maluku Periode 2003 – Sekarang
Periode ini dapat dikatakan periode kebangkitan BPTP Maluku setelah 4 tahun terpuruk akibat kerusuhan horizontal Maluku. Dalam usaba mengkonsolidasikan staf, lokasi kantor dipindahkan ke rumah dinas di laboratorium Diseminasi di Waiheru (eks BIP). Sejalan dengan dicabutnya keadaan Darurat Sipil di Maluku, kondisi yang sebelumnya harus dipisahkan untuk dua komunitas, saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada. Staf PSE dan Badan Litbang Pertanian mulai datang ke Ambon.
Tenaga yang dimiliki BPTP Maluku yang berada di Ambon saat ini 89 orang PNS, terdiri dari 20 peneliti (4 S3, 10 S2, dan 14 Sl), 9 penyuluh ( 1 S2 dan 7 Sl), dan 43 Orang (SI, D3, dan SLTA) sebagai tenaga administrasi dan teknisi. Secara kualitas dan kuantitas dianggap telah mencukupi bila dibandingkan dengan BPTP lainnya di luar BPTP Jawa, Sumbar, Sumut dan Sulsel, namun masih ada yang belum membawa keluarganya ke Ambon dengan alasan belum merniliki rumah, sedangkan penggajiannya sudah di Ambon. Sebelum kerusuhan Maluku, di BPTP Ambon ada tenaga sosek sebanyak 1 orang S3, 3 S2, 4 Sl saat ini BPTP Maluku tidak mempunyai tenaga peneliti Sosek, yang ada seorang CPNS yang berlatar belakang Sosek Pertanian. Di awal TA 2003 telah mulai dibangun fasilitas gedung kantor dengan merehabilitasi gedung laboratorium Diseminasi yang merupakan kantor sementara sambil menunggu gedung kantor dan laboratorium di Poka yang akan dibangun kembali mulai TA 2004 diharapkan seluruhnya dapat diselesaikan beserta fasilitas lainnya di TA.2005. Badan Litbang Pertanian sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan kembali BPTP Maluku, hal ini didapat dilihat dengan dialokasikannya dana pembangunan fisik di dalam dana APBN, BPTP Maluku mendapat alokasi dana Rp. 1, 8 Milyar di TA.2003 dan Rp 3,34 Milyar di TA.2004 dan kemudian pada tahun 2010 – 2015 dana pengkajian dan disiminasi selain dana rutin mencapai rata-rata Rp. 4 rniliar. Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Maluku mempunyai wilayah kerja Propinsi Maluku.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, BPTP Maluku merniliki sumberdaya manusia sebanyak 89 orang yang terbagi dalam 4 kelompok, yaitu Peneliti, Penyuluh, Teknisi dan adrninistrasi. Berdasarkan fungsional terdapat 29 orang tenaga fungsional dan 45 orang pegawai non fungsional. Terdapat 9 orang peneliti/penyuluh madya, 9 orang peneliti/penyuluh muda, 6 orang peneliti/penyuluh pertama dan 4 orang peneliti non klas. Sedangkan untuk fungsional litkayasa, 1 orang sebagai fungsional pustakawan.
BPTP Maluku secara keseluruhan memiliki tanah seluas 309,233 Ha, yang tersebar di tiga lokasi yakni perkantoran dan perumahan di Rumah Tiga 19,687 Ha, Eks Perumahan Sub BPPL 0,265 Ha, KP Makariki 307 Ha. Selain tanah, sarana dan prasarana lain yang dimiliki BPTP Maluku adalah: bangunan gedung (bangunan laboratorium) seluas 748 m2
rumah dinas 35 unit (sebahagian rusak berat), mess 3 unit, serta kendaraan roda 4, roda 3 dan roda 2 masing-masing 7 unit, 2 unit dan 3 unit
Untuk: menunjang jalannya organisasi maka perlu adanya Rencana Kegiatan Tim Manajemen, yang meliputi aspek manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen fasilitas/Barang Milik negara (BMN) dan manajemen Kerumah Tanggaan, sehingga diharapkan tercapainya sasaran yang sesuai dengan mandat dan fungsi dari BPTP Maluku.
VISI
Menjadi institusi pertanian yang menghasilkan dan mendistribusikan teknologi spesifik lokasi untuk membantu mewujudkan pertanian maju di 12 gugus pulau
MISI
1. Melakukan pengkajian di 12 gugus pulau dan mendiserninasikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan
2. Mengembangkan jaringan kerja sama dengan Pemda, universitas, petani dan swasta dalam usaha mengembangkan pertanian
3. Mengembangkan kapasitas Balai dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan kepada stakeholder dan peningkatan kinerja